Sunday, January 11, 2015

Sekedar berbagi pengalaman

Dibalik Rahasia Angka 333
Sebelum Matahari menyinarkan cahayanya, aku sudah sibuk menyiapkan barang barang dan semua keperluanku untuk dibawa ke Jambore, Cibubur. Sebelum aku dan teman temanku berangkat ke Jambore, kita sudah diinformasikan pada pukul 6 untuk berkumpul disekolah untuk memeriksa kelengkapan barang regu yang akan dibawa nanti ke sana. Aku dan Galih bertugas untuk mengecek tongkat-tongkat yang akan didirikan sebagai tenda.
“Lih, tongkat disana ada berapa? Disini sudah ada 10.” Tanyaku pada Galih
“Disini juga sudah 10 Mang, ikat semua ya Mang tongkatnya.” Galih menjawab dengan tegas
“Ya sudah lih, kita bawa aja tongkatnya ke lapangan untuk dinaikan atas mobil bak.” Suruhku pada Galih
Sebelum aku dan Galih kembali ke lapangan tempat berkumpul tadi, kita mengikat semua tongkat yang sudah dihitung jumlahnya tadi dengan jumlah 2 ikatan. 1 ikatan berisi 10. Kami pun berdua segera menuju ke lapangan kembali untuk membawa semua tongkat yang sudah kami hitung tadi di gudang sekolah.
Ternyata sebelum aku dan Galih sampai dilapangan, semuanya sudah siap dengan peralatannya masing-masing, juga ada yang membawa bantal besar untuk tidur disana. Waktu pun sudah lewat dari pukul 6 tetapi masih saja belum berangkat. Akhirnya kita pun berangkat pada pukul 7. Dijalan kami semua bercerita-cerita bagaimana keadaan disana.
“Nanti disana langsung bagi-bagi tugas saja yaa, ada yang mendirikan tenda, membuat pagar, dan mendirikan spanduk selamat datang.” Fauzi memberi arahan pada semua anggota regu.
“Siap zi, beres semua mah zi.” Aku menjawab dengan santai.
“Yoi zi, santai semua beres kok zi.” Saut Zulfikar yang sependapat denganku.
“Iyaa zi, nanti gua bantu doa aja yaa. Hahaha.” Jawab Rifky bercanda
Sesampai di Jambore, kami mencari dimana tempat tenda yang sudah disiapkan oleh panitia pelaksana Jambore Daerah tersebut. Beberapa menit kami mencari, kita pun menemukan tempat itu dan menurunkan semua barang yang kami bawa masing-masing. Tidak hanya barang kami sendiri yang kami turunkan, tetapi barang regu pun ikut diturunkan.
“Kan tadi semua udah pada di kasih tugas, sekarang kerjakan ya.” Fauzi memerintah anggotanya untuk bergerak.
“Nanti dulu zi baru dateng.” Semua menjawab kompak
“Ini udah siang lohh, jangan males males ayo kerjakan semua!” Fauzi menyuruh untuk kedua kalinya dengan nada bentakan
Aku pun sudah mengira di mobil tadi bahwa rencana itu hanya cuma rencana tidak akan dikerjaan karena cuaca disana sangat terik sekali, sehingga malas untuk mengerjakan semuanya. Akhirnya semuanya pun bergegas untuk mengerjakan tugasnya. Aku bertugas mendirikan tenda bersama Fauzi dan Gede. Setengah jam kemudian tenda pun sudah berdiri dengan tegak.
Sesudah semuanya selesai, kami pun di arahkan untuk mengikuti upacara pembukaan. Seluruh peserta pun berkumpul dilapangan yang sangat besar dan Upacara itu dilaksanakan dengan khidmat dan damai. Setelah Upacara pembukaan selesai, kami pun segera kembali ke tenda untuk beristirahat dan menyiapkan diri untuk hari esok.
Keesokan harinya kita bergegas menuju ke area kegiatan pertama. Disana kami belajar bagaimana cara mengatasi kepanikan ketika bertemu dengan ular liar di hutan. Selain itu, kita lomba balap karung namun regu aku kalah. Disana terjadi sedikit salah paham
“Ah lu zi, cepet dikit ngapa loncatnya. Lama banget.” Keluh regu kami kepada Fauzi.
“Gua udah berusaha semaksimal mungkin bro.” Jawab Fauzi dengan alasannya.
“Yaudah dah mungkin belom beruntung. Besok kompak.” Sahut Galih memberi semangat.
“Okee, siap deh.” Jawab regu kami kompak.
          Malam kedua disana, teman aku Zulfikar di telfon orang tidak dikenal dengan nomer 333. Nomor itu memang dikenal nomor seram, sehingga saat Zulfikar mengangkatnya hanya terdengar suara orang mendesis. Aku pun mendengar suara itu bulu kudukku merinding.
“Eh cal, nomor siapa itu jangan diangkat kali.” Aku memberi saran untuk mengabaikan telfon tersebut.
“Udah, engga apa apa nih coba dengerin masa suaranya shhh.... Gitu doang.” Zulfikar memberikan Handphone nya kepada kami.
“Ehh iyaa cal matiin aja, ini malam jumat loh jangan macem macem.” Fauzi pun juga menyuruh mematikan panggilan tersebut.
          Nomor tersebut terus dan terus menghubungi nomor Zulfikar sehingga aku dan teman teman menjadi ketakutan melihat nomor itu terus mengganggu Zulfikar sepanjang malam.
          Memasuki hari ketiga, kami dan peserta lain terus di beri materi yang sangat bermanfaat. Hari ini kami diajarkan bagaimana cara juggling bola dengan 1 tongkat dan 2 dipegang ditangan. Semua anggota regu mencoba, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Sesudah menerima materi yang tadi disampaikan, kita bergegas menuju tenda lagi
          Malamnya, Zulfikar ternyata masih ditelfon nomor tersebut, tetapi kali ini suaranya berbeda hanya terdengar suara cowok berbicara tidak jelas. Seperti orang minta tolong.
“Mang, nih Mang nomor yang kemaren nelpon gua lagi.” Zulfikar memberi Handphonenya kepada aku.
“Coba sini-sini cal, gua mau dengerin dah lama lama kok gini sih horror.” Aku mencoba mendengarkannya karena penasaran.
“Suaranya beda nih Mang, sekarang suara cowok.” Jelasnya lebih detail.
“Wahh, iyaa cal serem amat.” Jawabku dengan merinding.
          Pada hari selanjutnya, kita bermain-main air. Kegiatan pertama regu kami bermain futsal air tetapi bermain di balon besar, sehingga susah memainkan bola tersebut dan licin. Regu kami pun kalah dengan skor 1-0. Sesudah selesai pertandingan itu, kami segera menuju ke tenda lagi. Kami pun menyesali kekalahan tersebut karena kurang kekompakkan tim.
          Pada Malam terakhir ini ternyata nomor itu menelfon kembali tepat pada pukul 00.00. Semuanya pun terbangun dan ketika Zulfikar mengangkat telfon tersebut, tetapi kali ini beda suaranya yaitu suara perempuan menyanyikan lagu jawa. Malam itupun seketika menjadi menakutkan. Tetapi saya merasa aneh mengapa Zulfikar tidak takut tetapi malah tertawa.
“Cal, kok lu ketawa si kenapa gak takut?” Tanyaku merasa aneh.
“Wahh tau lu cal, lu bercanda ini yaa?” Fauzi menyakannya juga.
“Laah iya ngapain takut, ini cuma aplikasi kali hahaha.” Jawab Zulfikar tertawa.
“Aaaah... Kampret Zulfikar.... Dari malem pertama gua kira beneran.” Kataku
“Bener bener nih ical hahaha.” Fauzi berkata lega sesudah mengetahuinya.
“Ya sudahh tidur aja, sudah malem nih besok kan kita pulang.”
          Waktu pun sudah menunjukan pukul 1 pagi. Aku dan teman-temanku pun melanjutkan tidur pulas yang tadi terganggu karena ada teror palsu yang mengintai regu kami selama 4 hari di Jambore ini.

          Pagi hari ini pada pukul 5 pagi semua peserta sudah bangun untuk merapikan tenda dan semua perlengkapan untuk dibawa ke mobil lagi. Sesudah semua peralatan regu masuk ke mobil. Kami pun mengecek ulang barang barang disana dipastikan tidak ada yang tertinggal. Setelah semua di cek, semua pun masuk ke mobil untuk kembali ke sekolah kami tercinta SMP N 179 Jakarta.

No comments:

Post a Comment