Dibalik Rahasia
Angka 333
Sebelum
Matahari menyinarkan cahayanya, aku sudah sibuk menyiapkan barang barang dan
semua keperluanku untuk dibawa ke Jambore, Cibubur. Sebelum aku dan teman
temanku berangkat ke Jambore, kita sudah diinformasikan pada pukul 6 untuk
berkumpul disekolah untuk memeriksa kelengkapan barang regu yang akan dibawa
nanti ke sana. Aku dan Galih bertugas untuk mengecek tongkat-tongkat yang akan
didirikan sebagai tenda.
“Lih, tongkat disana
ada berapa? Disini sudah ada 10.” Tanyaku pada Galih
“Disini juga sudah 10
Mang, ikat semua ya Mang tongkatnya.” Galih menjawab dengan tegas
“Ya sudah lih, kita
bawa aja tongkatnya ke lapangan untuk dinaikan atas mobil bak.” Suruhku pada
Galih
Sebelum
aku dan Galih kembali ke lapangan tempat berkumpul tadi, kita mengikat semua
tongkat yang sudah dihitung jumlahnya tadi dengan jumlah 2 ikatan. 1 ikatan
berisi 10. Kami pun berdua segera menuju ke lapangan kembali untuk membawa
semua tongkat yang sudah kami hitung tadi di gudang sekolah.
Ternyata
sebelum aku dan Galih sampai dilapangan, semuanya sudah siap dengan
peralatannya masing-masing, juga ada yang membawa bantal besar untuk tidur
disana. Waktu pun sudah lewat dari pukul 6 tetapi masih saja belum berangkat.
Akhirnya kita pun berangkat pada pukul 7. Dijalan kami semua bercerita-cerita
bagaimana keadaan disana.
“Nanti disana langsung
bagi-bagi tugas saja yaa, ada yang mendirikan tenda, membuat pagar, dan
mendirikan spanduk selamat datang.” Fauzi memberi arahan pada semua anggota
regu.
“Siap zi, beres semua
mah zi.” Aku menjawab dengan santai.
“Yoi zi, santai semua
beres kok zi.” Saut Zulfikar yang sependapat denganku.
“Iyaa zi, nanti gua
bantu doa aja yaa. Hahaha.” Jawab Rifky bercanda
Sesampai
di Jambore, kami mencari dimana tempat tenda yang sudah disiapkan oleh panitia
pelaksana Jambore Daerah tersebut. Beberapa menit kami mencari, kita pun
menemukan tempat itu dan menurunkan semua barang yang kami bawa masing-masing.
Tidak hanya barang kami sendiri yang kami turunkan, tetapi barang regu pun ikut
diturunkan.
“Kan tadi semua udah
pada di kasih tugas, sekarang kerjakan ya.” Fauzi memerintah anggotanya untuk
bergerak.
“Nanti dulu zi baru
dateng.” Semua menjawab kompak
“Ini udah siang lohh,
jangan males males ayo kerjakan semua!” Fauzi menyuruh untuk kedua kalinya
dengan nada bentakan
Aku
pun sudah mengira di mobil tadi bahwa rencana itu hanya cuma rencana tidak akan
dikerjaan karena cuaca disana sangat terik sekali, sehingga malas untuk
mengerjakan semuanya. Akhirnya semuanya pun bergegas untuk mengerjakan tugasnya.
Aku bertugas mendirikan tenda bersama Fauzi dan Gede. Setengah jam kemudian
tenda pun sudah berdiri dengan tegak.
Sesudah
semuanya selesai, kami pun di arahkan untuk mengikuti upacara pembukaan.
Seluruh peserta pun berkumpul dilapangan yang sangat besar dan Upacara itu
dilaksanakan dengan khidmat dan damai. Setelah Upacara pembukaan selesai, kami
pun segera kembali ke tenda untuk beristirahat dan menyiapkan diri untuk hari
esok.
Keesokan
harinya kita bergegas menuju ke area kegiatan pertama. Disana kami belajar
bagaimana cara mengatasi kepanikan ketika bertemu dengan ular liar di hutan. Selain
itu, kita lomba balap karung namun regu aku kalah. Disana terjadi sedikit salah
paham
“Ah lu zi, cepet dikit
ngapa loncatnya. Lama banget.” Keluh regu kami kepada Fauzi.
“Gua udah berusaha
semaksimal mungkin bro.” Jawab Fauzi dengan alasannya.
“Yaudah dah mungkin
belom beruntung. Besok kompak.” Sahut Galih memberi semangat.
“Okee, siap deh.” Jawab
regu kami kompak.
Malam kedua disana, teman aku Zulfikar di telfon orang
tidak dikenal dengan nomer 333. Nomor itu memang dikenal nomor seram, sehingga
saat Zulfikar mengangkatnya hanya terdengar suara orang mendesis. Aku pun
mendengar suara itu bulu kudukku merinding.
“Eh cal, nomor siapa
itu jangan diangkat kali.” Aku memberi saran untuk mengabaikan telfon tersebut.
“Udah, engga apa apa
nih coba dengerin masa suaranya shhh.... Gitu doang.” Zulfikar memberikan
Handphone nya kepada kami.
“Ehh iyaa cal matiin
aja, ini malam jumat loh jangan macem macem.” Fauzi pun juga menyuruh mematikan
panggilan tersebut.
Nomor tersebut terus dan terus menghubungi nomor Zulfikar
sehingga aku dan teman teman menjadi ketakutan melihat nomor itu terus
mengganggu Zulfikar sepanjang malam.
Memasuki hari ketiga, kami dan peserta lain terus di beri
materi yang sangat bermanfaat. Hari ini kami diajarkan bagaimana cara juggling
bola dengan 1 tongkat dan 2 dipegang ditangan. Semua anggota regu mencoba,
ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Sesudah menerima materi yang tadi
disampaikan, kita bergegas menuju tenda lagi
Malamnya, Zulfikar ternyata masih ditelfon nomor tersebut,
tetapi kali ini suaranya berbeda hanya terdengar suara cowok berbicara tidak
jelas. Seperti orang minta tolong.
“Mang, nih Mang nomor
yang kemaren nelpon gua lagi.” Zulfikar memberi Handphonenya kepada aku.
“Coba sini-sini cal,
gua mau dengerin dah lama lama kok gini sih horror.” Aku mencoba
mendengarkannya karena penasaran.
“Suaranya beda nih
Mang, sekarang suara cowok.” Jelasnya lebih detail.
“Wahh, iyaa cal serem amat.”
Jawabku dengan merinding.
Pada hari selanjutnya, kita bermain-main air. Kegiatan
pertama regu kami bermain futsal air tetapi bermain di balon besar, sehingga
susah memainkan bola tersebut dan licin. Regu kami pun kalah dengan skor 1-0.
Sesudah selesai pertandingan itu, kami segera menuju ke tenda lagi. Kami pun
menyesali kekalahan tersebut karena kurang kekompakkan tim.
Pada Malam terakhir ini ternyata nomor itu menelfon kembali
tepat pada pukul 00.00. Semuanya pun terbangun dan ketika Zulfikar mengangkat
telfon tersebut, tetapi kali ini beda suaranya yaitu suara perempuan
menyanyikan lagu jawa. Malam itupun seketika menjadi menakutkan. Tetapi saya
merasa aneh mengapa Zulfikar tidak takut tetapi malah tertawa.
“Cal, kok lu ketawa si
kenapa gak takut?” Tanyaku merasa aneh.
“Wahh tau lu cal, lu
bercanda ini yaa?” Fauzi menyakannya juga.
“Laah iya ngapain
takut, ini cuma aplikasi kali hahaha.” Jawab Zulfikar tertawa.
“Aaaah... Kampret
Zulfikar.... Dari malem pertama gua kira beneran.” Kataku
“Bener bener nih ical
hahaha.” Fauzi berkata lega sesudah mengetahuinya.
“Ya sudahh tidur aja,
sudah malem nih besok kan kita pulang.”
Waktu pun sudah menunjukan pukul 1 pagi. Aku dan
teman-temanku pun melanjutkan tidur pulas yang tadi terganggu karena ada teror
palsu yang mengintai regu kami selama 4 hari di Jambore ini.
Pagi hari ini pada pukul 5 pagi semua peserta sudah bangun
untuk merapikan tenda dan semua perlengkapan untuk dibawa ke mobil lagi.
Sesudah semua peralatan regu masuk ke mobil. Kami pun mengecek ulang barang
barang disana dipastikan tidak ada yang tertinggal. Setelah semua di cek, semua
pun masuk ke mobil untuk kembali ke sekolah kami tercinta SMP N 179 Jakarta.